Mengungkap Kisah Sukses Pemilik Wardah Kosmetik

Merek kosmetik halal Wardah, Make Over, dan Emina mungkin lebih dikenal dibanding nama Nurhayati Subakat. Padahal, di balik kesuksesan produk itu, Nurhayati jatuh bangun selama 34 tahun mengembangkan perusahaan yang memproduksi produk merek tersebut, PT Paragon Technology and Inovation.

Meski merupakan salah satu lulusan terbaik dari Institut Teknologi Bandung (ITB), perempuan kelahiran Padang, 68 tahun lalu itu mengungkapkan bahwa ia sempat sulit untuk mencari pekerjaan. Tapi karena itulah, kemudian ia memutuskan membangun perusahaan kosmetik, yang kini menjadi salah satu perusahaan kosmetik terbesar di Tanah Air.

“Sebetulnya tidak mudah untuk mengembangkan industri kosmetik di Indonesia karena ekosistemnya belum terbentuk secara optimal,” kata Nurhayati saat ditemui pada acara Inspirasi Perempuan untuk Indonesia di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta, Rabu, 24 April 2019.

Ia mengaku sedih ketika sumber daya alam di Indonesia harus diolah di luar negeri agar bisa dipakai sebagai bahan baku kosmetik di negeri sendiri. Padahal, menurutnya, industri di Indonesia sudah siap untuk menyerap hasil produksi kemasan tersebut.

“Banyak sekali perusahaan bahan baku yang siap mendukung asalkan kita sudah bersiap diri dalam hal mengembangkan budaya riset, infrastruktur, dan menyiapkan tenaga ahli,” ujarnya.

CEO Wardah Nurhayati Subakat

Semua itulah yang akhirnya membuatnya terus berupaya memajukan sektor kosmetik di Tanah Air. Menurutnya, saat ini pasar kosmetik di Indonesia masih dikuasai oleh perusahaan multinasional. Oleh sebab itu, ia ingin terus mengembangkan potensi tersebut, sambil terus menyerap tenaga kerja dari dalam negeri.

Menariknya, dari seluruh pekerja di perusahaannya, hampir 80 persen ialah perempuan. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri baginya untuk mengelola sumber daya manusia (SDM) yang didominasi oleh perempuan.

Seperti diketahui, di Indonesia sendiri masih banyak yang menganggap bahwa pekerjaan dan tanggung jawab perempuan ialah untuk mengurus tugas domestik. Ini yang kemudian menghambat partisipasi perempuan di dunia kerja.

“Makanya butuh usaha khusus untuk membuka kesempatan kerja bagi perempuan. Kemudian di tempat saya sendiri juga ada berbagai kebijakan yang mendukung agar perempuan bisa tetap di tempat kerja,” kata dia.

Beberapa di antaranya, dengan memberikan tempat tinggal untuk para pekerja dan menyediakan daycare untuk pekerja perempuan yang telah memiliki anak. Dengan demikian, perempuan tetap bisa melanjutkan kariernya.

Atas seluruh usahanya dalam membangun industri kosmetik di Indonesia, ia baru-baru ini diganjar gelar kehormatan Honoris Causa dari ITB. Tak hanya itu, dari sembilan gelar kehormatan yang pernah diberikan ITB, ia merupakan perempuan pertama yang mendapat gelar tersebut.

“Yang jelas saya bangga dan merasa terhormat. Penghargaan ini juga untuk seluruh orang dan karyawan yang mendukung saya,” ucapnya.

Ia berharap bahwa dengan penghargaan tersebut bisa mendorong perempuan lainnya untuk mendapatkan gelar sama yang diterimanya.